REAKSI ADISI
Reaksi adisi adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap (pengubahan ikatan rangkap menjadi ikatan kovalen tunggal ). Reaksi adisi
antara lain dapat digunakan untuk membedakan alkana dengan alkena. Reaksi pengenalan ini dilakukan dengan penambahan
bromine (Br2) yang berwarna merah coklat. Terjadinya reaksi adisi ditandai dengan hilangmya warna merah coklat daro bromin
(Br2). Karena alkana tidak memiliki ikatan rangkap ( tidak mengalami reaksi adisi adisi ) warna merah dari bromin tidak berubah.
Dalam suatu reaksi adisi suatu alkena, ikatan pi terputus dan pasangan elektronnya digunakan untuk membentuk dua ikatan sigma
baru. Dalam tiap kasus, atom karbom sp2 direhibridisasi menjadi sp3. Senyawa yang mengandung ikatan pi biasanya berenergi
lebih tinggi daripada senyawa yang sepadan yang mengandung hanya ikatan sigma; oleh karena itu reaksi adisi biasanya eksoterm
Adisi Elektrofilik HX pada Alkena
Dasar untuk memahami reaksi adisi alektrofilik HX (halida
asam) pada alkena adalah: alkena dapat bertindak sebagai
nukleofil dalam reaksi polar. Ikatan rangkap karbon-karbon kaya
akan elektron dan dapat disumbangkan kepada spesies
elektrofilik. Contohnya reaksi 2-metilpropena dengan HBr
menghasilkan 2-bromo-2-metilpropana.
Reaksi dimulai dengan serangan elektrofil (HBr) pada ikatan
π. Dua elektron π akan membentuk satu ikatan σ antara hidrogen
dari HBr dengan karbon ikatan rangkap. Hasilnya adalah intermediet karbokation yang bersifat elektrofilik, sehingga dapat
bereaksi dengan nukleofil dengan menerima pasangan elektron
bebas dari nukleofil tersebut. Di sini yang bertindak sebagai
nukleofil adalah Br.
Karbokation bereaksi dengan Brmenghasilkan
ikatan C-Br dan menghasilkan produk akhir reaksi
adisi.
Diagram energi reaksi adisi elektrofilik memiliki dua puncak
transition state yang dibatasi oleh pembentukan intermediet
karbokation. Tingkat energi intermediet lebih tinggi dibandingkan
tingkat energi alkena awal, tetapi keseluruhan reaksi adalah
eksergonik (ΔG0 bernilai negatif). Tahap pertama, protonasi alkena
menghasilkan intermediet kation, berjalan relatif lambat. Akan
tetapi sekali terbentuk, karbokation tersebut dengan cepat
bereaksi dengan nukleofil dan menghasilkan produk akhir reaksi
adisi.
Reaksi adisi elektrofilik tidak hanya untuk HBr saja, tetapi bisa juga menggunakan HCl dan HI.
Orientasi Adisi Elektrofilik: Aturan Markovnikov
Coba kita lihat lagi reaksi antara 2-metilpropena dengan
HBr. Semestinya akan terbentuk dua produk dari reaksi adisi yang
berlangsung, yaitu 1-bromo-2-metilpropana dan 2-bromo-2-
metilpropana. Pada kenyataannya tidaklah demikian, yang
terbentuk hanya 2-bromo-2-metilpropana. Bagaimanakah hal ini
dapat terjadi?
Pada reaksi adisi HX pada alkena, hidrogen menyerang karbon yang kurang tersubstitusi, sedangkan X menyerang karbon yang lebih tersubstitusi.
Ketika terdapat alkena di mana karbon-karbon yang memiliki ikatan rangkap mempunyai substituen dengan derajat yang sama maka terbentuk produk campuran.
Oleh karena karbokation terlibat sebagai intermediet dalam
reaksi ini maka aturan Markovnikov dapat diulangi:
Dalam reaksi adisi HX pada alkena, karbokation yang lebih
tersubstitusi akan terbentuk sebagai intermediet dari pada
yang karbokation yang kurang tersubstitusi.
Halida asam (HX) dapat juga mengadisi alkena dengan
mekanisme yang mirip seperti di atas. Umumnya reaksinya
menghasilkan produk adisi Markovnikov. Misalnya adisi HBr pada alkena, di mana Br akan mengadisi pada atom karbon yang
lebih tersubstitusi (aturan Markovnikov).
Akan tetapi jika terdapat O2 atau perksida (ROOR), adisi
HBr berjalan dengan mekanisme radikal bebas, bukan dengan
mekanisme ion. Reaksinya dinamai adisi nonMarkovnikov.
Stabilitas radikal bebas seperti halnya karbokation,
berurutan sebagai: tersier > sekunder > primer. Pada contoh di
atas, hasil adisi radikal bebas ialah 1-bromopropana bukan 2-
bromopropana. Hidrogen klorida tidak menjalani adisi radikal
bebas kepada alkena karena relatif lambatnya pemecahan homolisis HCl menjadi radikal bebas. Hidrogen iodida juga tidak
menjalani reaksi ini karena adisi radikal I kepada alkena bersifat
endoterm dan terlalu perlahan untuk mendukung reaksi berantai
Struktur dan Stabilitas Karbokation
Karbokation memiliki struktur trivalen dengan karbon tersubstitusi sp2. Selain itu, karbokation memiliki orbital p kosong yang tegak lurus terhadap ketiga substituennya.
Untuk memahami stabilitas karbokation lebih lanjut, mari
kita lihat contoh berikut ini. 2-metilpropena dapat bereaksi
dengan H+ dan menghasilkan karbokation yang memiliki tiga
substituen metil (karbokation tersier, 30) dan karbokation dengan
satu substituen alkil (karbokation primer, 10). Karbokation mampu
bereaksi dengan suatu nukleofil, misalnya Cl
menghasilkan alkil
klorida. Dari hasil penelitian, didapat hanya 2-kloro-2-
metilpropana, hal ini karena pembentukan intermediet
karbokation tersier lebih stabil dibandingkan karbokation primer.
Ingat bahwa karbokation yang lebih tersubstitusi lebih stabil dibandingkan karbokation yang kurang tersubstitusi. Urutan
stabilitas karbokation adalah sebagai berikut:
Mengapa karbokation yang lebih tersubstitusi lebih stabil?
Ada dua alasan mendasar untuk menjawab pertanyaan tersebut,
yaitu adanya efek induksi dari substituen dan hiperkonjugasi.
Efek induksi mengakibatkan pergeseran elektron dalam ikatan
sigma yang diakibatkan perbedaan elektronegativitas atom
tetangga. Gugus alkil merupakan gugus pemberi elektron,
sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation,
sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron.
Dengan demikian, semakin banyak gugus alkil yang terikat pada
karbokation maka karbokation tersebut menjadi semakin stabil.
Hiperkonjugasi, berhubungan dengan stabilitas alkena
tersubstitusi, berhubungan dengan interaksi antara orbital kosong
p dengan orbital ikatan sigam C-H tetangganya. Semakin banyak
gugus alkil yang terikat pada karbokation maka kesempatan
untuk melakukan hiperkonjugasi semakin besar, sehingga
semakin menyetabilkan karbokation tersebut. Contohnya,
hiperkonjugasi yang terjadi pada karbokation etil. Interaksi antara
orbital ikatan sigma dengan orbital kosong p dapat menyetabilkan
karbokationnya dan menurunkan energinya pula. Pada gambar
4.33 tampak bahwa terdapat dua ikatan C-H yang berposisi
paralel dan karenanya dapat melakukan hiperkonjugasi.
Postulat Hammond
Materi penting dalam memahami reaksi adisi elektrofilik
pada bab ini adalah:
a. Adisi elektrofilik pada alkena asimetris akan menghasilkan
karbokation yang lebih tersubstitusi yang kemudian dengan
cepat bereaksi dengan nukleofil menghasilkan produk
akhir.
b. Urutan stabilitas karbokation adalah: karbokation tersier >
sekunder > primer > metil.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana karbokation dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi dan menjadi penentu struktur
produk akhir? Padahal karbokation ditentukan oleh ∆G0,
sedangkan kecepatan reaksi ditentukan oleh ∆G‡. Kedua nilai
tersebut tidak berhubungan secara langsung.
Umumnya, karbokation yang lebih stabil akan menghasilkan
produk akhir dengan lebih cepat dibandingkan karbokation yang
kurang stabil. Penjelasan tentang hubungan antara stabilitas
karbokation dengan kecepatan reaksi pertama kali dijelaskan oleh
Hammond pada tahun 1955. Lebih lanjut, penjelasan tersebut
dikenal dengan insitah Postulat Hammond. Postulat ini
menjelaskan hubungan antara stabilitas karbokation dengan
kecepatan reaksi dengan cara melihat tingkat energi dan struktur
transition state.
Berdasarkan kemiripan sifat elektroniknya, alkuna dan
alkena memiliki sifat yang mirip pula, sehingga reaktivitas kedua
gugus fungsi tersebut juga mirip. Meskipun demikian, terdapat
juga perbedaan yang signifikan.
a. Adisi HX dan X2
Secara umum, elektrofil akan lebih banyak bereaksi dengan
alkuna dibandingkan dengan alkena. Contohnya reaksi adisi HX
pada alkuna. Pada kondisi di mana HX berlebih, reaksi alkuna
dengan HX akan memberikan hasil akhir berupa dihalida. Jadi,
satu mol alkuna membutuhkan dua mol HX. Contohnya, reaksi
antara 1-heksuna dengan HBr akan menghasilkan 2,2-
dibromoheksana. Regiokimia reaksi adisi ini mengikuti aturan
Markovnikov: Halogen akan berikatan dengan karbon yang lebih
tersubstitusi, sedangkan hidrogen pada karbon yang kurang
tersubstitusi. Stereokimia trans biasanya (meski tidak selalu)
ditemukan dalam produk reaksi ini.
Bromin dan klorin juga dapat mengadisi alkuna dan menghasilkan produk trans.
Mekanisme reaksi adisi elektrofilik alkuna mirip tetapi tidak
sama dengan adisi pada alkena. Ketika elektrofil seperti HBr
mengadisi alkena, reaksinya berjalan dalam dua tahap dan
melibatkan pembentukan intermediet karbokation alkil. Jika reaksi
adisi HBr pada alkuna sama dengan reaksinya dengan alkuna,
maka akan terbentuk intermediet karbokation vinilik.
Karbokation vinilik memiliki hibridisasi sp dan pada
kenyataannya tidak ditemukan. Dengan demikian, mekanisme
reaksi adisi HX pada alkuna terjadi dengan jalur yang sangat
kompleks.
b. Hidrasi Alkuna
Seperti alkena, alkuna dapat juga mengalami reaksi hidrasi
dengan dua cara. Adisi air secara langsung dengan katalis ion
merkuri (II) menghasilkan produk Markovnikov, adisi air secara
tak langsung melalui reaksi hidroborasi/oksidasi menghasilkan
produk non-Markovnikov
1) Hidrasi Alkuna dengan Katalis Merkuri (II)
Alkuna tidak dapat bereaksi secara langsung dengan
air asam, tetapi membutuhkan katalis merkuri (II) sulfat.
Reaksinya terjadi mengikuti regiokimia Markovnikov, gugus
OH akan mengadisi karbon yang lebih tersubstitusi,
sedangkan hidrogen pada karbon yang kurang tersubstitusi.
Hal yang menarik di sini adalah bahwa produk yang
dihasilkan bukan vinilik alkohol atau enol, tetapi suatu
keton. Meskipun enol merupakan intermediet dalam reaksi
ini, tetapi dengan cepat ditata ulang menjadi keton melalui
proses tautomeri keto-enol. Tautomeri digunakan untuk
menjelaskan isomer konstitusional yang berinterkonversi
dengan cepat.
Mekanisme reaksi dari merkuri (II) sulfat dengan
alkuna mirip dengan reaksi oksimerkurasi pada alkena.
Adisi elektrofilik ion merkuri pada alkuna menghasilkan
intermediet karbokation vinilik, yang kemudian bereaksi
dengan air dan melepaskan proton dan membentuk
intermediet enol yang mengandung merkuri. Kondisi
reaksinya adalah asam untuk menggantikan merkuri dengan
hidrogen.
Akan terbentuk campuran produk (keton) ketika
alkuna asimetris dihidrasi. Contohnya adalah sebagai
berikut:
2) Hidroborasi/ Oksidasi Alkuna
Boran bereaksi dengan alkuna seperti halnya pada
alkena, dan menghasilkan boran vinilik yang kemudian
dioksidasi oleh H2O2 menghasilkan enol.
Proses tautomerisasi kemudian menghasilkan keton
atau aldehida, tergantung pada struktur alkuna yang
direaksikan. Hidroborasi terminal alkuna akan
menghasilkan aldehid, sedangkan hidroborasi internal
alkuna akan menghasilkan keton. Catat bahwa terminal alkuna akan mengalami dua kali adisi menghasilkan
intermediet terhidroborasi dobel. Oksidasi dengan H2O2
pada pH 8 kemudian mengganti kedua boron oleh dua
hidrogen dan menghasilkan aldehid.
permasalahan
1. Mengapa karbokation yang lebih tersubstitusi lebih stabil pada reaksi adisi ?
2. bagaimana perbedaan antara reaksi adisi eletrofilik pada alkena dan alkuna ?
3. mekanisme reaksi adisi HX pada alkuna terjadi dengan jalur yang sangat kompleks. ?
Saya akan mencoba menjawab permaslahan no 1,menurut literatur Ada dua alasan mendasar untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu adanya efek induksi dari substituen dan hiperkonjugasi. Efek induksi mengakibatkan pergeseran elektron dalam ikatan sigma yang diakibatkan perbedaan elektronegativitas atom tetangga.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamualaikum Wr. Wb. Saya Linggonilus Masturanda (A1C116082) mencoba menjawab pertanyaan nomor 3.
BalasHapusDalam literatur pada umumnya, elektrofil akan lebih banyak bereaksi dengan alkuna dibandingkan dengan alkena. Contohnya reaksi adisi HX pada alkuna. Pada kondisi di mana HX berlebih, reaksi alkuna dengan HX akan memberikan hasil akhir berupa dihalida. Jadi, satu mol alkuna membutuhkan dua mol HX. Contohnya, reaksi antara 1-heksuna dengan HBr akan menghasilkan 2,2- dibromoheksana.
assalamualaikum Hery saya Dhea Ivontia akan mencoba menjawab pertanyaan anda nomor 1 yaitu Mengapa karbokation yang lebih tersubstitusi lebih stabil pada reaksi adisi ?
BalasHapusAda dua alasan mendasar untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu adanya efek induksi dari substituen dan hiperkonjugasi. Efek induksi mengakibatkan pergeseran elektron dalam ikatan sigma yang diakibatkan perbedaan elektronegativitas atom tetangga. Gugus alkil merupakan gugus pemberi elektron, sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation, sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron. Dengan demikian, semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbokation maka karbokation tersebut menjadi semakin stabil.