Mekanisme Reaksi Nukleofilik Pada Alkil Halida

REAKSI NUKLEOFILIK 
       
 Reaksi yang berlangsung karena penggantian satu atau lebih atom atau gugus dari suatu senyawa oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila reaksi substitusi melibatkan nukleofil, maka reaksi disebut substitusi nukleofilik(SN), dimana S menyatakan substitusi dan N menyatakan nukleofilik.


   Spesies yang bertindak sebagai penyerang adalah nukleofil (basa Lewis), yaitu spesies yang dapat memberikan pasangan elektron ke atom lain untuk membentuk ikatan kovalen.Perubahan yang terjadi pada reaksi ini pada dasarnya adalah: suatu nukleofil dengan membawa pasangan elektronnya menyerang substrat (molekul yang menyediakan karbonuntuk pembentukan ikatan baru), membentuk ikatan baru dan salah satu substituen pada atom karbon lepas bersama berpasangan elektronnya.
         
 Selain itu ada istilah lagi yaitu nukleofilitas. Nukleofilitas adalah ukuran kemampuan suatu pereaksi untuk menyebabkan nukleofil melakukan reaksi substitusi. Istilah nucleofilitas mengacu pada kapasitas/kemampuan basa Lewis untuk berpartisipasi dalam reaksi substitusi nukleofilik dan ditunjukkan dengan kebasaan, yang didefinisikan dengan posisi reaksi kesetimbangan dengan donor proton, biasanya air. Nucleofilitas digunakan untuk menggambarkan kecenderungan pada tingkat reaksi substitusi yang disebabkan sifatnukleofil. Nukleofilitas relatif yang diberi spesies mungkin berbeda terhadap berbagai reaktan dan tidak ada skala mutlaknya. Sifat-sifat nukleofil yang banyak mempengaruhi nukleofilitas adalah:
(1) energi solvasi nukleofil;
(2) kekuatan ikatan yang dibentuk untuk karbon;
(3) elektronegativitas dari atom  penyerang;
(4) polari sabilitas dari atom penyerang, dan
(5) bagian sterik dari nukleofil

 Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan:
Contoh masing-masing reaksi adalah:
Dalam reaksi substitusi, sebuah gugus fungsi di dalam suatu senyawa kimia digantikan oleh gugus fungsi lainnya. Reaksi ini dapat dibedakan lagi menjadi beberapa subtipe yaitu nukleofilik, substitusi elektrofilik, atau substitusi radikal.

SN1 mechanism


SN2 mechanism



       Pada tipe yang pertama, nukleofil, atom atau molekul yang memiliki kelebihan elektron sehingga bermuatan negatif, akan menggantikan atom lainnya atau bagian lainnya dari molekul "substrat". Pasangan elektron nukleofil akan bersatu dengan substrat membentuk ikatan baru, sedangkan gugus lepas akan lepas bersamaan dengan sebuah pasangan elektron. Nukleofil sendiri dapat bermuatan netral atau positif, sedangkan substrat biasanya bermuatan positif atau netral. Contoh nukleofil adalah ion hidroksida, alkoksida, amina, dan halida. Reaksi semacam ini biasanya ditemukan pada hidrokarbon alifatik dan jarang ditemukan pada hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon aromatik memiliki rapatan elektron yang tingi dan hanya bisa melangsungkan substitusi aromatik nukleofilik hanya dengan gugus penarik elektron yang sangat kuat. Substitusi nukleofilik dapat berlangsung melalui 2 mekanisme, Reaksi SN1 dan SN2. Menurut namanya, S singkatan dari substitusi, N singkatan dai nukleofilik, dan, dan angka menunjukkan ordo kinetik reaksi, unimolekuler atau bimolekuler.

3 tahap dalam Reaksi SN2. Nukleofil berwarna hijau dan gugus lepas berwarna merah

Reaksi SN2 menyebabkan inversi stereo (inversi Walden)
         Reaksi SN1 berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama, gugus lepas akan lepas dan membentuk karbokation. Tahap ini akan diikuti reaksi yang sangat cepat dengan nukleofil.
Dalam mekanisme SN2, nukleofil akan membentuk tahap transisi dengan molekul yang lepas saja yang terlekang. Kedua mekanisme ini berbeda pada hasil stereokimianya. Reaksi SN1 menghasilkan adisi non-stereospesifik dan tidak menghasilkan pusat chiral, melainkan dalam bentuk isomer geometri (cis/trans). Kebalikannya, inversi Warden-lah yang diamati pada mekanisme SN2.


MEKANISME REAKSI NUKLEOFILIK SN2 PADA ALKIL HALIDA.


A. MEKANISME REAKSI SN2 adalah proses satu tahap. Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.
Mekanisme reaksi SN2 digambarkan sebagai berikut:
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon.

Mekanisme reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan sekunder. Nukleofil yang menyerang adalah jenis nukleofil kuat seperti -OH, -CN, CH3O-. Untuk lebih jelas, perhatikan contoh mekanisme reaksi SN2 bromoetana dengan ion hidroksida berikut ini.

Adapun cara mengetahui suatu nukleofil dan substrat bereaksi dengan mekanisme SN2 yaitu :
1.      Karena nukleofil dan substrat terlibat, kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi kedua pereaksi tersebut. Reaksi ion hidroksida dengan etil bromide adalah salah satu contoh reaksi SN2. Jika konsentrasi basa (OH-) dilipat duakan, kita dapati bahwa reaksi berjalan dua kali lebih cepat.Hasil yang sama diperoleh jika konsentrasi etil bromide di lipatduakan. Akan kita lihat segera bahwa sifat kecepatan reaksi begini tidak terdapat pada proses SN1.
2.      Reaksi terjadi dengan pembalikan(inverse) konfigurasi. misalnya, jika kita mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2-butanol. ion hidroksida harus menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi terjadi, ke tiga gugus yang melekat pada karbon sp3membalik. Jika OH menempati kedudukan yang samadengan Br, tentu (R)-2-butanol yang akan diperoleh. Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat apabila R merupakan gugus metil atau gugus primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan reaktivitas jika kita menggambarkan mekanisme SN2. Di bagian belakang karbon, tempat penggantian terjadi, keadaannya akan semakin berdesakan apabila gugus alkil yang melekat pada karbon yang membawa gugus pergi semakin banyak, sehingga reaksinya menjadi lambat.
b. Mekanisme SN1
        Mekanisme SN1 adalah proses dua tahap. pada tahap pertama, ikatan antara karbon dan gugus bebas putus, atau substrat terurai. electron – electron ikatan terlepas bersama dengan gugus bebas, dan terbentuklah ion karbonium. pada tahap kedua, yaitu tahap cepat, ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk hasil.
       Pada mekanisme SN1 substitusi terjadi dua tahap. Lambang 1 digunakan sebab pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. tahap ini tidak melibatkan nukleofil sama sekali. dikatakan, bahwa tahap pertama bersifat unimolekuler.

 


Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk produk
 


Pada mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. Tahap ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.




Adapun cara mengetahui suatu nukleofil dan substrat bereaksi dengan mekanisme SN1 yaitu :
1. kecepatan reaksi tidak bergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan adalah tahap pertama nukleofil tidak terlibat. Setelah tahap ini terjadi, ion karbonium bereaksi dengan nukleofil.
2. Jika karbon yang membawa gugus bebas bersifat kiral, reaksi mengakibatkan hilangnya aktivitas optic (yaitu, rasemisasi). Pada ion karbonium, hanya ada tiga gugus yang melekat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk datar.
3. Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN1, reaksi berlangsung cepat jika R merupakan struktur tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Reaksi SN1 berlangsung melalui ion karbonium, sehingga urutan kereaktifannya sama dengan urutan kemantapan ion karbonium. Reaksi bergantung lebih cepat jika ion karbonium lebih mudah terbentuk.
        Jadi, reaksi substitusi nukleofilik terdiri dari dua jenis yaitu substitusi nukleofilik bimolekuler (Sn-2) dan substitusi nukleofilik unimo-lekuler (Sn-1). Reaktan yang lazim digunakan untuk reaksi substitusi nukleofilik adalah organo halida karena ion halogen (X") adalah mempakan nukleofil yang sangat lemah (gugus pergi) yang baik.

Permasalahan :
1.jelaskan Mengapa ion Halida merupakan gugus pergi yang baik. Sedangkan OH-, bukan gugus pergi yang baik? Berikan alasannya!
2.  Mengapa elektronegatif dari atom penyerang dapat mempengaruhi nukleofilitas?
3. MengapaMekanisme reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan sekunder ?





Komentar

  1. Saya akan menjawab pertanyaan yg ke-1
    gugus pergi adalah gugus apasaja yang mudah diputus dari ikatannya dengan suatu atom karbon. gugus pergi ini mempunyai 2 sifat, yaitu gugus pergi yang baik dan gugus pergi yang buruk.
    gugus pergi yang baik adalah anion stabil (basa konjugat) dan turunan asam kuat. gugus pergi yang baik biasanya adalah basa lemah. contohnya ion halida. halida disebut yang baik karena ion-ion ini merupakan basa yang sangat lemah.
    gugus pergi yang buruk adalah gugus -OH pada alkohol sehingga tidak bias digantikan oleh nukleofil sehingga harus diubah menjadi gugus lain.
    "semakin lemah kebasaan suatu gugus, kemampuan untuk pergi lebih baik"

    BalasHapus
  2. saya akan mencoba menjawab pertanyaan ke-3
    mengapa pada mekanisme reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan sekunder?, hal tersebut di karenakan pada alkilhalida primer dan skunder memiliki gaya sterik yang kecil, di bandingkan dengan gaya sterik alkilhalida. gaya sterik meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier. itu yang menyebabkan reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan skunder.

    BalasHapus
  3. baikla, saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2, seperti yang telah terdapat diblog ini, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan nukleofitas, pada dasarnya yang dimaksud dengan nukleofitas adalah Nukleofilitas adalah ukuran kemampuan suatu pereaksi untuk menyebabkan nukleofil melakukan reaksi substitusi. Istilah nucleofilitas mengacu pada kapasitas/kemampuan basa Lewis untuk berpartisipasi dalam reaksi substitusi nukleofilik dan ditunjukkan dengan kebasaan, yang didefinisikan dengan posisi reaksi kesetimbangan dengan donor proton, biasanya air. Nucleofilitas digunakan untuk menggambarkan kecenderungan pada tingkat reaksi substitusi yang disebabkan sifatnukleofil. Nukleofilitas relatif yang diberi spesies mungkin berbeda terhadap berbagai reaktan dan tidak ada skala mutlaknya. nah mengapa elektronegatif dari atom penyerang mempengaruhi nulkeofitas ? karena yang dimaksud denganreaksi Subsitusi Nukleofilik adalah Reaksi Subsitusi Nukleofilik terjadi apabila atom/ gugus yang diganti mempunyai elektronegativitas lebih besar dari atom C, dan atom/gugus pengganti adalah suatu nukleofil, baik nukleofil netral atau nukleofil yang bermuatan negatif. jadi mudah saja elektronegatif dari atom penyerang dapat mempengaruhi dari nukleofitas itu sendiri.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reaksi-Reaksi Spesifik pada Protein

Contoh Reaksi Substitusi Nukleofilik Alkil Halida

Formation of Secondary and Tertiary Structures on Protein